Denza di Indonesia: Dari lonjakan awal ke penurunan tajam
Merek mobil listrik Denza, bagian dari grup BYD, sempat menjadi buah bibir di pasar otomotif Indonesia ketika model pertamanya, Denza D9, muncul sebagai MPV listrik dengan harga relatif terjangkau dan fitur modern.
Keberadaan D9 memberi harapan baru bahwa mobil listrik bisa diterima luas sebagai alternatif kendaraan keluarga. Namun data terbaru menunjukkan bahwa antusiasme pasar mulai meredup penjualan yang sebelumnya tinggi kini merosot.
Menurut catatan wholesales (dari pabrik ke dealer) sepanjang Januari hingga November 2025, total distribusi Denza D9 mencapai 7.176 unit. Sedangkan dari sisi retail (dealer ke konsumen), Denza tercatat mengirimkan 7.047 unit.
Grafik penjualan bulanan menunjukkan penurunan
Pada titik puncaknya, D9 mencatat angka wholesales tertinggi pada bulan Juni 2025 sebanyak 1.768 unit. Sebelumnya, pada bulan Maret juga terdapat lonjakan besar dengan 1.587 unit. Namun setelah itu, angka penjualan per bulan menurun terus-menerus: Juli (523 unit), Agustus (292), September (227), Oktober (192), dan November (209) untuk wholesales.
Dari sisi retail, tren serupa terjadi: puncak penjualan berada di bulan Maret 2025 dengan 1.801 unit terdistribusi ke konsumen. Namun di tiga bulan terakhir, penjualan retail tidak ada yang berhasil melewati 500 unit September (369 unit), Oktober (330), November (290).
Penurunan tersebut menunjukkan bahwa meskipun ada antusiasme awal, minat terhadap D9 sebagai kendaraan listrik mulai melambat. Mungkin faktor harga, ekspektasi konsumen, atau ketersediaan dukungan infrastruktur memengaruhi keputusan pembelian.
Denza D9: Mobil listrik berkelas MPV tapi tetap MPV listrik
Denza D9 diposisikan sebagai MPV listrik premium. Dibanding mobil keluarga konvensional, ia menawarkan kelebihan: mesin listrik murni (BEV), baterai berkapasitas besar versi yang dipasarkan di Indonesia menggunakan baterai LFP dari BYD Blade, dengan output tenaga besar serta torsi instan khas EV.
Keberanian Denza menampilkan D9 sebagai MPV listrik murni menjadi nilai jual unik. Di saat pesaing di segmen keluarga masih mengandalkan mesin bensin atau hybrid, D9 menawarkan alternatif bersih dan modern untuk konsumen yang peduli lingkungan ataupun ingin merasakan teknologi terbaru.
Dengan demikian, secara posisi pasar, Denza D9 sempat menjadi mobil listrik andalan yang mampu menggoyang persepsi bahwa EV hanya cocok untuk kendaraan kecil atau kompak D9 menunjukkan EV bisa juga dipakai sebagai MPV keluarga.
Mengapa penjualan mulai melandai? Faktor dan kemungkinan
Ekspektasi versus kenyataan
Saat awal peluncuran, antusiasme terhadap EV dan hype mobil listrik membantu meningkatkan keinginan membeli. Tapi seiring waktu, konsumen mulai realistis terhadap aspek penting seperti: harga total kepemilikan, biaya perawatan, keberadaan infrastruktur pengisian baterai, serta kenyamanan pasca-purna jual.
Persaingan dan pilihan alternatif
Pasar otomotif Indonesia semakin ramai dengan pilihan EV maupun kendaraan konvensional. Konsumen memiliki lebih banyak opsi baik mobil berbasis bensin, hybrid, maupun EV dari merek lain. Di tengah banyak pilihan, D9 harus bersaing tidak hanya dari sisi harga, tetapi juga reputasi, keandalan, layanan purna jual, dan kemudahan servis.
Segmentasi pasar dan kebutuhan nyata konsumen
Tidak semua konsumen kebutuhan mobilnya cocok dengan MPV listrik. Ada yang butuh mobil keluarga dengan daya jelajah jauh, kemudahan servis, serta akses bahan bakar/baterai yang luas. Bila ekosistem pendukung EV belum merata misalnya stasiun charging, layanan after-sales, suku cadang maka keputusan beli kendaraan listrik, terutama MPV, bisa terhambat.
Arti penurunan ini bagi pasar EV Indonesia
Penurunan penjualan D9 bukan semata tanda kegagalan melainkan sinyal penting bahwa adopsi EV di Indonesia masih menghadapi tantangan nyata, terutama di segmen yang lebih besar seperti MPV. Konsumen terlihat menghitung lebih matang dibanding hanya mengikuti tren awal.
Tapi sisi positifnya: data wholesales dan retail tetap menunjukkan ribuan unit terdistribusi sepanjang 2025. Artinya, ada basis konsumen awal yang memberi kepercayaan pada EV dan Denza. Ini bisa menjadi pijakan bagi merek atau produsen untuk memperbaiki layanan, infrastruktur, dan strategi pemasaran ke depan.
Pelajaran bagi calon pembeli dan produsen
Bagi konsumen yang mempertimbangkan EV khususnya MPV listrik penurunan penjualan D9 bisa menjadi kesempatan untuk membeli dengan negosiasi lebih baik atau menunggu promo/pinjaman lebih menguntungkan. Namun penting untuk tetap mempertimbangkan aspek layanan purna jual, ketersediaan charging, dan kesesuaian kebutuhan sehari‑hari.
Bagi produsen dan merek EV, tren ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia menuntut lebih dari sekadar mobil listrik: mereka ingin kepastian jangka panjang. Produsen perlu membangun kepercayaan lewat layanan purna jual, jaringan servis luas, sistem pengisian baterai mudah, serta komunikasi yang jelas tentang keuntungan EV.

