Pabrikan Nasional Baru Untuk Mobil Made-in-Indonesia
Pabrikan milik negara, PT Pindad, tengah mempersiapkan pembangunan pabrik mobil nasional di kawasan Subang. Target ambisius disematkan pada proyek ini: kapasitas produksi mencapai 500.000 unit per tahun.
MoU antara Pindad, Bappenas, dan asosiasi kawasan industri menjadi dasar formal pelaksanaan proyek dalam rangka mendukung RPJMN 2025–2029. Meski terkesan ambisius, manajemen Pindad menegaskan proyek ini tak semata slogan.
Menurut Direktur Utama Pindad, tahap awal produksi bakal dimulai dari 100.000 unit per tahun pada 2028. Dengan demikian, proyek ini bisa menjadi momentum baru bagi industri otomotif nasional jika didukung rantai pasok, teknologi dan ekosistem produksi yang matang.
Tentu saja, rencana ini menyiratkan tantangan besar: membangun bukan hanya pabrik, tapi ekosistem industri yang lengkap. Pemerintah dan Pindad harus memastikan seluruh aspek manufaktur, riset, dan pemasaran siap berjalan seiring. Artikel ini mengeksplorasi detail, peluang, dan tantangan di balik ambisi mobil nasional.
Latar Belakang Proyek: Kenapa Pindad Naik Pangkat ke Industri Mobil?
Sejarah ambisi mobil nasional bukan hal baru di Indonesia. Berbagai usaha sebelumnya pernah dilakukan: yaitu mobil‑mobil nasional dari merek seperti yang muncul di era Orde Baru. Namun banyak proyek yang akhirnya kandas, terutama di masa krisis ekonomi.
Kini, dengan dukungan kebijakan dari Bappenas dan prioritas dalam RPJMN 2025–2029, proyek mobil nasional mendapat angin baru. Nota kesepahaman resmi antara Pindad, Bappenas, dan asosiasi kawasan industri menunjukkan keseriusan untuk menjadikan mobil nasional sebagai bagian dari strategi industri jangka panjang.
Secara komprehensif, proyek ini dirancang untuk mendukung kemandirian industri otomotif, menyerap tenaga kerja, dan memperkuat rantai pasokan lokal. Ini juga berpotensi membuka peluang riset dan pengembangan, desain, produksi massal, hingga layanan purna jual dari hulu sampai hilir.
Target Produksi dan Tahapan Pelaksanaan
Pabrik di Subang ditargetkan mencapai kapasitas maksimal 500.000 unit per tahun. Namun, untuk fase awal, produksi direncanakan berada di angka 100.000 unit per tahun dengan target mulai berproduksi pada 2028. Langkah ini dianggap realistis untuk memulai proyek dengan pondasi kuat.
Pindad sendiri menyatakan bahwa proyek ini tak boleh berhenti sebagai simbol belaka. Mereka ingin implementasi nyata mulai dari desain konsep, tahap pengembangan, produksi massal, hingga layanan purna jual. Kesempatan ini juga dibuka bagi akademisi dan pelaku industri dalam negeri untuk terlibat aktif.
Pentingnya ekosistem juga ditekankan: kawasan industri, rantai pasok lokal, teknologi, serta dukungan regulasi harus berjalan seiring agar mobil “made in Indonesia” benar-benar bisa bersaing dan berkelanjutan.
Peluang Besar dan Tantangan yang Tak Kecil
Jika berhasil, mobil nasional dari Pindad bisa menjadi tonggak kebangkitan industri otomotif Indonesia. Dengan kapasitas besar, hal ini bisa membuka banyak lapangan kerja, menekan impor mobil, serta memperkuat industri lokal dari hulu hingga hilir.
Namun, membangun ekosistem otomotif bukan perkara sepele. Sejarah proyek mobil nasional sebelumnya menunjukkan banyak kegagalan karena kurangnya rantai pasok, keterbatasan teknologi, hingga krisis ekonomi.
Itu artinya, keberhasilan proyek ini tergantung pada bagaimana seluruh aspek: kebijakan, investasi, desain, produksi, hingga pemasaran bisa dikelola matang. Ditambah lagi, hingga saat ini belum jelas model mobil nasional seperti apa yang bakal diproduksi.
Sebelumnya dipamerkan sebuah mobil konsep bernama i2C disebut sebagai calon mobil nasional pertama buatan Indonesia. Namun detail resmi tentang model, harga, maupun segmentasi pasar belum diumumkan.
Saatnya Memandang dengan Harapan dan Realisme
Rencana Pindad membangun pabrik mobil nasional dengan target besar memberi harapan baru. Bila dikawal dengan serius mulai dari riset, produksi, hingga ekosistem rantai pasok Indonesia bisa punya mobil nasional yang sesungguhnya. Proyek ini pantas dianggap sebagai upaya nyata mewujudkan kemandirian industri otomotif.
Namun keberhasilan bukan otomatis. Sejarah panjang mobil nasional di Indonesia menunjukkan bahwa tanpa persiapan matang dan dukungan menyeluruh, ambisi bisa kandas di tengah jalan. Oleh karena itu, nasionalisme industri harus dibarengi dengan perhitungan realistis, profesionalisme, dan kolaborasi nyata.

