Kota pelabuhan Jeddah tiba tiba berubah sepi pada hari Selasa (9 Desember 2025), ketika hujan deras mengguyur tanpa ampun. Cuaca tak bersahabat itu membuat panitia festival mengambil langkah tegas menutup seluruh venue dan membatalkan semua pemutaran serta program hari itu demi keselamatan.
Kejadian ini datang di tengah gelaran Red Sea International Film Festival (RSIFF) edisi kelima festival yang semula dijadwalkan berlangsung dari 4 hingga 13 Desember 2025.
Mengapa Festival Berhenti Total
Cuaca tak terduga mengguncang Jeddah
Hujan deras dan badai petir yang jarang terjadi di Jeddah mengguyur kota pelabuhan ini kondisi yang menyebabkan genangan dan potensi bahaya bagi pengunjung dan tamu internasional.
Venue utama festival termasuk area pemutaran di Culture Square dan kawasan Souk festival langsung ditutup. Semua screening film, panel diskusi, wawancara, serta acara publik dibatalkan untuk hari itu.
Langkah panitia untuk prioritas keselamatan
Penyelenggara menyatakan bahwa keputusan penutupan adalah demi melindungi tamu, staf, dan pengunjung festival. Refund tiket dijanjikan bagi penonton yang terdampak.
Salah satu sesi besar hari itu talkshow oleh sutradara terkenal Darren Aronofsky menjadi penampilan publik terakhir sebelum festival ditangguhkan. Acara lain termasuk panel dengan juri seperti aktor Riz Ahmed dibatalkan.
Kompleksitas Festival di Tengah Perubahan Iklim dan Risiko
Festival ini menggabungkan film dari berbagai penjuru dunia Arab, Asia, Afrika dan menghadirkan seleksi lebih dari 100 film. Gelaran 2025 semula ditujukan sebagai momen merayakan sinema global terutama dari wilayah yang sering terpinggirkan.
Namun, insiden hujan deras ini menyoroti betapa acara besar pun rentan terhadap cuaca ekstrem sesuatu yang makin relevan di era perubahan iklim. Peristiwa ini bisa jadi bahan refleksi saat kita merayakan seni dan budaya internasional, faktor alam tetap di luar kendali dan bisa mengacaukan rencana terbaik.
Dampak dan Pelajaran ke Depan
Kerugian logistik dan kecewa pengunjung
Bagi banyak penggemar film, pembatalan mendadak tentu jadi kekecewaan berat. Film yang sudah dinanti dan sesi diskusi penting terpaksa dibatalkan belum lagi kemungkinan jadwal ulang yang belum pasti.
Dari sisi penyelenggara, ini berarti pengerjaan ulang jadwal, refund tiket, dan kondisi keuangan atau reputasi festival bisa terganggu terutama jika cuaca ekstrem bukan hal biasa di lokasi.
Pentingnya kesiapan kontingensi
Kejadian ini menunjukkan bahwa festival internasional perlu punya rencana darurat penanganan cuaca buruk, sistem informasi cepat untuk penonton, dan fleksibilitas jadwal. Selain itu, lokasi yang ramah cuaca dan infrastrukturnya seperti sistem drainase baik juga jadi penting.
Refleksi tentang fragilitas acara global
Bagi komunitas perfilman dan penyelenggara event, ini jadi pengingat nyata betapapun megah dan terencana sebuah festival, mereka tetap bergantung pada alam. Cuaca ekstrem bisa muncul tak terduga dan menggagalkan rencana besar.
Festival Film Laut Merah 2025 semula hadir dengan harapan besar membawa keragaman karya, kolaborasi global, dan semangat merayakan sinema dari seluruh dunia. Tapi hujan deras di Jeddah memaksa jeda mendadak semua hingar bingar terhenti untuk satu hari.

